Narasi Seks Dengan Istri Muda

Narasi Seks Dengan Istri Muda

 www.win7poker.org

narasi sex saat ini dengan perlahan supaya dapat rasakan sensasi yang sangatlah teransang serta bergairah. Saya mau bercerita pengalaman sex saya 8 th. waktu lalu, saat ini saya telah berusia 22 th..

Sepanjang hari itu saya tak karuan bekerja, jemu benar terasa hari itu, sepanjang hari dimarahi terus-terusan sama boss lantaran kerjaanku salah selalu, “Teeet…” bel pulang telah berbunyi, kesempatan kali ini tak kusia-siakan, “langsung ngacir”. Sore ini cuaca masih tetap mendung lantaran pada awal mulanya hujan mengguyur dengan sangatlah deras. Saya jalan keluar halaman kantor, kulihat jalanan beberapa digenangi air.

Saya berdiri di trotoar jalan menanti angkutan umum. Hari itu memanglah saya tak naik motor lantaran motorku tengah berada di bengkel. Tak tahu mengapa hari itu saya sial selalu dari tempat tinggal cocok ingin kerja motorku mendadak ngadat tidak ingin distater. Sial, mana hari itu saya pagi-pagi sekali mesti telah menyerahkan laporan bulanan pada boss. Sial betul-betul sial.

Waktu saya asyik melamunkan kesialanku hari itu, tanpa ada sadar mendadak suatu Baleno warna silver metalik melintas di depanku dengan kecepatan tinggi, tiba-tiba… “Craaassshh…! ” air genangan menyemprot ke semua badanku, mukaku, pakaian, celanaku semua basah kuyup. Shiit, lagi shiit, lengkaplah kesialanku hari itu. Saya memaki-maki tak karuan. Mendadak Baleno ini berhenti sebagian puluh mtr. dari tempat saya berdiri serta segera mundur menuju ke arahku. “Cari penyakit, ” gerutuku. Saya telah bersiap-siap ingin mendampratnya bila orangnya keluar, sekurang-kurangnya kumaki-maki dahulu.

Masalah maaf-memaafkan terakhir. Saya telah bersiap-siap saat pintu Baleno ini terbuka, saya terperanjat saat suatu kaki indah terbungkus sepatu kets menapak di aspal yang basah. Tidak lama kemudian munculah mahluk yang menurutku sangatlah cantik. Tingginya kurang lebih 165 cm, kulitnya putih, bila ditaksir-taksir umurnya seputar 35-an, namun penampilannya modis hingga tak berkesan dewasa, namun yang paling menarik perhatianku yaitu bentuk bodinya yang sangatlah seimbang, “Gitar Spanyol Cing”. Terbalut kaos ketat lengan cekak warna abu-abu serta legging warna hitam selutut meningkatkan beberapa benjolan badannya makin terlihat riil, beberapa hingga saya meneguk air liurku, “Glek.. glek, ”.

“M.. ma’af Mas…” tuturnya menyadarkan saya dari kekagumanku.
“Oh oh… tak pa.. pa.. ” sahutku (kok jadi saya yang gugup bathinku “).
“Maafkan saya Mas, saya tak segaja.. sekali lagi ngelamun jadi tak sadar jika ada orang, ” katanya menuturkan.
“Mas ingin pulang..? imbuhnya sekali lagi.
“Ii.. iya…” jawabku.
“Oke.. jadi pernyataan maaf saya, bagaimana jika mas saya antar pulang. Mari mari masukMas! ” pintanya tanpa ada menanti persetujuanku.
Wah peluang yg tidak bisa kusia-siakan nih.
“Bagaimana ya…” kataku.
“Please… ” tuturnya.
Tanpa ada ba bi bu sekali lagi saya segera masuk ke Balenonya yang segera meluncur.
“Ngomong-ngomong dari yang tadi kita belum juga kenalan, saya.. Conny, ” tuturnya memecah kekakuan.
“Saya Irwan, Mbak, ” timpalku.

Nyatanya Mbak Conny enak di ajak ngomong perihal apapun, orangnya supel. Serta hingga saya juga paham kalau ia yaitu istri ke-2 dari salah seseorang entrepreneur berhasil yang wafat lantaran kecelakaan mobil 1/2 th. kemarin. Menurutnya suaminya dibunuh lantaran persaingan perebutan dengan seteru bisnisnya.

“Maaf Mbak, bila saya mengingatkan, ” kataku.
“Tidak.. ayah Wan, ” sahutnya.
“Wan anda tak ayah kan ke tempat tinggal Mbak dahulu. Mandi dahulu ya, kelak kemudian baru kita ke tempat tinggal anda bagaimana? ”
“Terserah Mbak deh, ” kataku mengiyakan.
Kami tiba di tempat tinggalnya di satu diantara lokasi pemukiman elit yang populer. Wah nyatanya tempat tinggalnya cukup besar serta asri.
“Masuk Wan! ”
“Makasih Mbak. ”
. ”Wan anda mandi dahulu ya, ” tuturnya sembari tunjukkan kamar mandi.
“Nanti Mbak sediakan baju untukmu, kan pakaian sama celana anda basah, agar di bersihkan disini saja, Mbak juga ingin mandi dahulu. ”

Kulepas semuanya baju hingga saat ini saya telah telanjang serta siap untuk mandi. Iseng saya mengingat Mbak Conny yang aduhai tanpa ada sadar “si Jonny” mendadak mengeras. Saya memikirkan bila Mbak Conny menyampaikan, “Wan, maukah mengasyikkan Mbak? ” Kurasakan “si Jonny” makin keras bersamaan imajinasiku perihal Mbak Conny muka cantiknya, kulit putihnya yang halus mulus tanpa ada cacat, dua gunung kembarnya yang ukuran 34 serta pantatnya yang besar. Kukocok-kocok batang kemaluanku, sesaat khayalanku dengan Mbak Conny makin menjadi-jadi, serta mendadak “Cklok…” pintu di buka, saya terperanjat tanpa ada dapat melakukan perbuatan apa-apa. Yang tadi saya lupa mengunci pintu kamar mandi, nyatanya Mbak Conny telah berdiri dihadapanku.

“Maaf Wan, saya lupa ngasih handuk ke anda. ”
“Oh iya Mbak, ” kataku.

Mbak Conny tak segera pergi ia tertegun melihatku telanjang bulat serta sepintas kulihat ia melirik batang kemaluanku yang dari yang tadi telah tegang. “Mbak ingin mandi berdua denganku? ” tanyaku asal. Mbak Conny tak menampik serta tak mengiyakan, perasaan kelelakianku mulai jalan, kutarik lembut tangannya ke serta kukunci pintu kamar mandi, tanpa ada menanti reaksinya selanjutnya kusentuh berwajah dengan lembut, “Mbak cantik sekali, ” saya mulai memperlancar rayuan, “Masa sich Wan, Mbak kan telah 30 lebih, anda mungkin. ”

Kucium pipinya dengan lembut lalu berubah ke bibirnya yang seksi. “Wan! ” keluhnya lirih, “Mbak saya sangatlah kagum pada Mbak, ” bisikku lembut di telinganya, sembari kuletakkan tanganku memutari lehernya. Kembali kukecup lembut bibirnya, kesempatan ini dia membalas dengan hangat, sebagian waktu adegan cium ini berjalan, tanganku mulai “bergerilya”, kuusap punggungnya, selalu turun ke bawah, ke sisi pantatnya, kurasakan bongkahannya masih tetap sangatlah padat, kuremas-remas dengan lembut. Kesempatan ini ia yang melingkarkan tangannya ke pinggangku, makin erat, kurasakan gunung kembarnya menggencet dadaku kenyal serta lembut kurasakan.

Kami makin bernafsu, batang kemaluan yang telah dari yang tadi tegang lebih kurasakan berdenyut-denyut. Kurasakan saya makin terangsang, selekasnya saja kubuka pakaian mandi Mbak Conny. Terlihatlah panorama yang sangatlah indah, saya terdiam sesaat kagum pada keindahan itu, kulihat payudaranya yang besar serta masih tetap kencang. Kutelusuri semuanya sisi badannya tanpa sisi yang terlewati, hingga pada “area kenikmatan” Mbak Conny. Saya makin terangsang lantaran pussy Mbak Conny mulus tanpa ada ditumbuhi bulu sedikitpun. Kesempatan ini segera kuserbu payudaranya, kuraba-raba sembari selalu kissing sembari kadang-kadang terdengar rintihannya, “Ohhh… Wan mhmmm…” kujilati kupingnya selalu menyebar ke leher, dada, serta hingga ke payudaranya, kujilat, kumainkan putingnya dengan lidahku, saya makin bernafsu.

“Waaan, ohhh…”
“Hmmm, Mbak… Mbak cantik sekali. ”

Kesempatan ini tangannya mulai kurasakan lebih aktif, dirabanya punggungku turus turun ke pantatku lalu ke depan coba mencapai batang kemaluanku dipegangnya dengan lembut, dikocoknya beberapa perlahan sembari berkata, “Wan, punyamu lumayan besar juga. Mbak ingin merasakannya Wan… ohhh, ” kembali erangannya terdengar lantaran saya masih tetap repot memainkan pentil payudaranya dengan ujung lidahku.

Mulai jemu dengan payudara, kuangkat tubuhnya, kududukkan ke tepi bak air. Kembali saya menjilati perutnya, kukukek-kucek liang pusatnya masih tetap dengan ujung lidahku, terdengar kembali erangannya lebih keras, “Ooouhhh… hmmm… ahhh…” mungkin saja Mbak Conny telah terangsang hebat. Kondisi itu tak kubiarkan segera kuarahkan lidah ku ke arah belahan pussy tanpa ada bulu yang indah sekali, tercium olehku bau ciri khas kewanitaannya. Saya makin bernafsu kujilati pussy Mbak Conny yang telah mulai basah dengan lendir kumainkan ujung lidahku menelusuri tiap-tiap millimeter dari “benda enak gila” ini. Badan Mbak Conny makin terguncang hebat nikmati permainan lidahku, nafasnya memburu, telah tak teratur sekali lagi sembari selalu mengerang, “Oouuussshhh aaahhh, ” merintih tak karuan keenakan.

Ujung lidahku masih tetap melekat pada benda enak punya Mbak Conny kesempatan ini sisi paling akhir yang bakal kugarap. Benda sebesar biji kacang yang terdapat diatas lubang pussy-nya. Hoooaah, hmmm hhhh ooouuhhh, Wan selalu sayang terus… terus… Ouuhh uuhhh terus…” Kesempatan ini Mbak Conny tentu nyaris meraih puncak gunung kenikmatannya, serta saya selalu saja memainkan lidahku dengan ganas di liang pussy-nya yang makin banjir oleh cairan kewanitaannya yang nikmat di lidahku. Hingga satu waktu ia menjabak rambutku, serta menghimpit kepalaku ke selangkangannya seolah-olah jangan pernah terlepas. “Ooouuhn mmm ohhh.. ohhh, Wan selalu Wan… Mbak ingin keluarrhh…” hingga satu sentakan hebat disebabkan kontraksi otot-otot tubuhnya yang menegang. “Waaan Mbak keluaaar hhh…”
Sebagian waktu tubuhnya masih tetap tersengal-sengal, sembari berkata padaku,

“Wan terima kasih, anda hebat, Mbak telah lama tak merasakannya mulai sejak suami Mbak wafat. ” “Sama-sama Mbak, saya juga sangatlah menikmatinya, saya sukai sama Mbak, ” ujarku.
“Kali itu giliran anda ya, Wan. Saat ini anda duduk di tepi sini, ” tuturnya.

Di kecupnya bibirku, dilumatnya, lidahnya berniat dimasukkannya menjalari semua rongga mulutku sembari kadang-kadang mengisap lidahku, kesempatan ini saya sedikit tak kuasai kondisi, tangan Mbak Conny masih tetap selalu memegang batang kemaluanku sembari selalu mengocoknya,

“Ooohhh…” kesempatan ini saya yang dibuatnya keluarkan nada keenakan.

Ah, lidahnya telah nyaris di puting susuku, dimainkannya lidahnya yang bikin sensasi sendiri. “Aahhh… enak hilang ingatan, ” sembari selalu mengocok batang kemaluanku. Mbak Conny selalu menjilati sisi badanku hingga pada akhirnya dia menjilati kepala kemaluan. Dia selalu memainkan lidahnya menjilati, kepalanya, batangnya, biji kemaluan tak luput dari tujuan lidahnya. “Ahhh, Mbak… enak Mbak ahhh…” Mendengar rintihanku dia memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya, “Ooh… selalu Mbak…” pintaku.

Turun-naik kepalanya menghisap batang kemaluanku hingga kondisi di mana saya rasakan kejang serta batang kemalaunku berdenyut-denyut sangatlah hebat, “Ooohhh… ohhh… saya nyaris keluar Mbak…” Makin ganas kepalanya turun-naik, makin percepat kocokan serta sedotannya dan… “Crooot… crooot… croot…” batang kemaluanku memuntahkan sperma ke mulut Mbak Conny serta dengan bernafsu ditelannya sperma itu serta bekasnya dijilatnya hingga bersih.

“Makasih Mbak, ” kataku.
“Sama-sama Wan, ” tuturnya dengan lembut.
“Oke saat ini kita mandi dahulu agar fresh serta kita ulangilah sekali lagi kelak ya di kamar. ”

Saya masih tetap kenakan handuk yang dililitkan saat Mbak Conny datang membawa satu gelas susu coklat hangat serta memberinya kepadaku.

“Minum dahulu sayang, agar lebih fresh. ”

Kuseruput coklat hangat, “Aaahhh…” kurasakan kehangatan menjalari badanku serta kurasakan kesegaran kembali.

Kami berciuman kembali, Mbak Conny terlihat sangatlah nikmati ciumanku itu, matanya terpejam, nafasnya mendesah, serta bibirnya dengan lembut mengecup sembari kadang-kadang mengisap bibir serta lidahku, jari jemari lentik guruku ini mulai bergerak turun menyelinap ke balik handukku menuju buah pantatku. Batang kemaluanku yang cuma tertutupi handuk kecil ini selekasnya berdiri tegang. Sisi bawah kepala kemaluanku itupun segera tergencet oleh perut Mbak Conny yang segera menyalurkan getaran-getaran kesenangan ke semua urat syarafku.

Jari-jemarinya mulai meraba ke-2 buah pantatku. Awal mula rabaannya melingkar perlahan-lahan, semakin cepat, semakin cepat, hingga pada akhirnya dengan nada mendesah, diremas-remasnya dengan penuh nafsu. Saya mencium serta menjilati telinga Mbak Conny, hingga bikin badan janda cantik ini menggelinjang-gelinjang, “Ohhh Wan… gelii… sss…” Kuturunkan bibirku dari kuping menelusuri leher, selalu turun ke dada, jari jemarinya juga merasa makin keras meremas-remas pantatku.

Seraya mengecupi areal dadanya, jemariku buka satu persatu kancing seragam kebanggaannya ini sampai tampak belahan payudaranya yang besar menyembul dari balik pakaian mandinya. Memiliki bentuk menghadap ke atas dengan puting yang segera menuju ke mukaku. Amboi seksinya, tanpa ada menghabiskan waktu kulahap payudara ini dengan gemas. Kusedot-sedot serta kujilati putingnya yang telah menegang ini. Mendadak tangan kanan Mbak Conny berputar-putar ke arah depan. Dengan sekali sentak jadi terjatuhlah penutup hanya satu badanku ini.

Kulirik kaca lemarinya, disana tampak tubuh tegapku yang bugil tengah menunduk mengisap payudara wanita berbadan montok yang masih tetap dibalut baju mandinya. Dari kaca riasnya kulihat Mbak Conny mengalihkan tangan kanannya ke arah selangkanganku dan… “Slepp! ” dalam waktu relatif cepat batang kemaluanku telah ada dalam genggamannya. Dengan lembut serta penuh perasaan ia mulai mengocok batang kemaluanku ke atas.. ke bawah.. ke atas.. ke bawah. Uff… tidak dapat kuceritakan nikmat yang kurasakan di selangkanganku ini. Terlebih saat kadang-kadang ia hentikan kocokannya serta menujukan jempolnya ke urat yang terdapat dibawah kepala batang kemaluanku.

“Aaahhh… Mbaak… aaahh…” saya cuma dapat mengerang keenakan seraya selalu mengecup serta menjilati payudaranya. Mendadak Mbak

Conny mendorong badanku sampai terduduk diatas ranjang busanya serta ia sendiri lalu berlutut di hadapan selangkanganku. Ia menengadahkan kepalanya serta memandang mataku dengan pandangan penuh nafsu.

Berbarengan dengan ini, ia menciumi kepala batang kemaluanku, lalu menjilati lubang penisku yang telah dipenuhi dengan cairan lengket berwarna bening. Mendadak ia memasukkan penisku ke mulutnya serta apa yang kurasakan selanjutnya yaitu kesenangan yang tidak terlukiskan. Mbak Conny memasukkan serta keluarkan penisku didalam mulutnya dengan pergerakan yang cepat sembari menggoyang-goyangkan lidahnya hingga menggesek urat bawah kepala penisku ini. “Aaahhh… ouuhhh… Mbak! aakh… ouhhh…” saya cuma dapat terduduk sembari mengerang nikmat serta Mbak Conny terlihat demikian nikmati kemaluanku yang ada didalam mulutnya, beberapa hingga ia pejamkan matanya.

Tangan kiriku kembali meremas-remas payudara Mbak Conny sedang tangan kananku menyentuh sisi bawah buah pantatnya.

“Mmmh.. mmmhh…emmhhh…” rintihnya sembari selalu mengulum batang kemaluanku saat kuraba-raba lubang kemaluannya. Mbak

Conny makin menguatkan sedotannya hingga memaksaku untuk makin mengerang tidak keruan, seolah tidak ingin kalah, kumasukkan tanganku ke selangkangannya dari arah perut, serta dengan gampang jemariku meraih vagina yang telah sangatlah basah ini.
Dalam 3 detik jariku menyentuh suatu daging sebesar kacang yang telah menonjol keluar dibagian atas vagina Mbak Conny, jari tengah serta telunjukku selekasnya mengocok “kacangnya” secara cepat. “Mmmhh.. mmmhhh… aaahhh…” Mbak Conny melepas penisku dari mulutnya untuk berteriak histeris nikmati kocokanku di klitorisnya.

Seputar 5 menit kami sama-sama mengocok, meremas, serta mengisap dibarengi dengan gelinjangan serta jeritan-jeritan histeris, saat mendadak Mbak Conny menengadahkan mukanya ke arahku serta merintih, “Wan.. please sekarang…” Tanpa ada menanti beberapa kata setelah itu kuangkat badan janda cantik ini dari tempat berlututnya. Kusuruh dia menempatkan ke-2 tangannya diatas meja menghadap cermin rias hingga Mbak Conny saat ini ada dalam tempat menungging. Terlihat buah dadanya bergelayut seolah menantang untuk diperah. Kurenggangkan ke-2 kaki mulusnya, kugosok-gosokkan penisku di belahan pantatnya saat sebelum kuturunkan menelusuri tulang ekornya, anus serta kutempelkan di pintu belakang vaginanya.

Perlahan kusodokkan penisku ke vagina kecil yang telah sangatlah banjir ini, “Aaahhh…” Mbak Conny menggigit bibirnya nikmati senti untuk senti penisku yang tengah masuk vaginanya, makin dalam kumasukkan batang kemaluanku serta makin dalam… “Ooohhh Wan… ooohhh…” dan… “Aaaakhh…” jeritnya saat dengan keras kusodokkan penisku sedalam-dalamnya di vagina janda cantik ini. Terlihat janda cantik ini masih tetap menggigit bibirnya nikmati besarnya batang kemaluanku yang tenggelam penuh didalam vaginanya. Dengan selekasnya kupompakan kemaluanku secara cepat dari arah belakang. Kutempelkan perut serta dadaku di punggung wanita ini serta ke-2 tanganku dengan keras meremas-remas serta memelintir ke-2 puting buah dada Mbak Conny yang telah sangatlah keras ini.

“Ohhh… ohh… ouuhhh…” Mendadak Mbak Conny mengangkat kepala serta tubuhnya ke arahku dengan menengok ke arah kiri serta menjulurkan lidahnya. Secara cepat kusambut lidah yang menggairahkan ini dengan lidahku serta kami juga berciuman dengan tempat perkiraan togel click di sini

Mbak Conny yang terus membelakangiku. Lantaran ia menegakkan tubuhnya, Mbak Conny menambah kaki kirinya ke atas meja riasnya untuk mempermudah saya selalu menyodokkan batang kemaluanku.

Sembari selalu melumat bibirnya serta menyodok, tanganku kembali meremas-remas ke-2 payudaranya. Tangan kiri Mbak Conny menjambak rambut di belakang kepalaku untuk mempererat tautan bibir kami. Ketiaknya menebarkan wangi ciri khas yang membuatku makin bernafsu sekali lagi. Mendadak Mbak Conny merintih-rintih sembari selalu mengulum lidahku. Terlihat alisnya mengerut, berwajah mengekspresikan seolah-olah kesenangan yang sangat sangatlah menjalari semua badannya, ia secara cepat menuntun tangan kananku yang masih tetap asik meremas payudaranya untuk kembali memainkan kacangnya. perkiraan togel tepat click disini

Goyangan pinggulnya jadi makin cepat tidak teratasi, dinding vagina mulai merasa berdenyut-denyut, tiba-tiba… “Aaahhh aaahhh oouuhhh… Wan… Mbak keluaaarrr… aaahhh…” film semi korea click disini

Malam ini sekian kali saya serta Mbak Conny mengulang-ulangi “gulat style bebas” ini hingga pada akhirnya kami keduanya sama tertidur kecapaian. Saya selekasnya terbangun saat mengerti ada seberkas cahaya yang menimpa wajahku. Saya selekasnya mengerti kalau saya ada dirumah Mbak Conny. Serta ia telah bangun serta tak ada di kamar itu sekali lagi, kulihat jam dinding tunjukkan jam 10. 00 serta beberapa sekali lagi… oh shiit, saya terlambat masuk kantor. Sial, beberapa sekali lagi sial. 

Comments

Popular Posts